Eligi dari Padang Bintungan

Hampir 40 tahun lalu, (tulisan ini dibuat tahun 2011) rimba itu mulai diteruka.

Ada 450 kepala keluarga membuka hutan kehidupan dalam belantara nasib yang mulai ditapaki.

Maaruf, adalah salah satu di antara kepala keluarga yang mengekas kaki dan tangannya mencakar merambah semak-belukar perawan tak bertuan itu dulu.


Arah ke Selatan, lebih kurang 17 km dari Koto Baru, kini wilayah ini sudah menjadi enam jorong dalam kenagarian Sialang Gaung dan segera akan menjadi kenagarian Padang Bintungan.


Warga anak Nagari Bintungan merasa tenteram hidup setelah menjadi kaum muhajirin di pertengahan 1970-an.

Mereka adalah kawula nusantara yang hijrah dari Wonogori dan sekitarnya setelah proyek waduk raksasa itu menjadi listrik penerangan Jawa dan Bali.


Kata Maaruf, soal ekonomi tidak terlalu payah. Mereka membuka sawah dan ladang. Ada yang yang menanam padi dan tanaman plawija. Ada yang berternak memelihara penggemukan sapi. Ada pula yang membuka kebun karet tentu sebagian ada yang mengikuti proyek inti-plasma kebun sawit.


Selebihnya banyak yang menjadi buruh di berbagai lahan perkebunan dan pertambangan. Sebagai bagian dari wilayah Dharmasyara, kabupaten baru usia 7 tahun, Padang Bintungan menjadi sepenggal harapan kehidupan anak nagari.

Dharmasraya yang kaya kebun sawit, kebun karet dan tambang Batu Bara, Mangan, Biji Besi dan Emas ini, juga membalut cerita dalam suka dan duka yang menyatu.


Maaruf, Sastro dan Miyarso, adalah tiga generasi (65, 55, 35 th) yang dengan setia hidup di sini. Mereka dengan sepenuh hati mengayuh biduk kehidupan bersama warga yang kini sudah berkembang menjadi 800 kepala keluarga dengan sekitar 2000 jiwa.


Maaruf memiliki beberapa orang anak dan 3 di antaranya sudah sarjana dan pascasarjana. Sastro Tukimin adalah ketua pengurus Masjid Al-Falah yang menggantikan Maaruf. Miyarso, sarjana dan kini mengabdi di kantor Pemda Kabupaten ini sekaligus menjadi motivator ulung bagi pembangunan masyarakat.


Sebagai sarjana ilmu sosial, Miyarso cekatan dan mampu menjadi pemimpin dalam segala hal bahkan sekaligus menjadi pemimpin ibadah.


Kata Maaruf, Masjid Al-Falah yang terletak di lahan hampir 1 hektar, luas bangunannya berukuran 20 kali 20 meter itu adalah wakaf dari satu keluarga dari Timur Tengah, tepatnya Negara Kuwait pada lebih kurang 20 tahun lalu (ujung 1980-an).

Perolehan itu adalah hasil diplomasi luar negeri PP Muhammmadiyah yg dipimpin oleh Drs. H. Lukman Harun. Masa itu Muhammadiyah aktif melobby para pemimpin dan keluarga Muslim di berbagai penjuru dunia terutama Timur Tengah untuk menyemarakkan dakwah Islam di Indonesia. Terutama untuk wilayah terisolir dan jauh di ujung.

Lukman Harun mempercayakan Masjid yg sudah dibangun itu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para warga dan transmigran itu kepada Maaruf. Seorang Muballigh Muda yg diangkat Muhammadiyah sebagai utusan Da’i Muhammadiyah, LDK (Lembaga Dakwah Khusus).

Waktu itu ada ribuan di Indonesia yang ditangani LDK utk daerah terpencil. Pengurus LDK Pusat kurun itu dipimpin antara lain Anhar Burhanuddin alumni Libya dan M Goodwill Zubir. Alumni IAIN Padang yg kini juga salah seorang Ketua PP Muhammadiyah selama 6 periode.

Kembali ke Masjid Alfalah. Ketika Tim Safari Ramadhan Pemda Prov Sumbar Sabtu, 28/8/11 berkunjung ke Masjid ini, kelihatan jamaahnya penuh sesak. Shofwan Karim sebagai Rektor UMSB waktu itu menjadi penceramah Tim Safari Ramadhan tingkat Provinsi. Tim provinsi bersama Muspida (kini Forkompimda) ini didampingi Bupati Dharmasraya.

Miyarso yang muda dan cekatan itu bahkan di sela-sela memimpin acara, menyelipkan pesan-pesan. Katanya, semua makanan dan minuman yang disajikan malam itu adalah produk anak nagari Padang Bintungan.


Kecuali Teh yang disedu malam ini adalah asli dari jawa tetapi khas untuk Padang Bintungan, maka yang lain adalah produk tani anak nagari di sini. Istimewa dari itu, rupanya Padang Bintungan menyimpan sekitar seratusan sarjana S1 dan sepuluhan Sarjana S2 dari berbagai disiplin ilmu. Termasuk sarjana pertanian dan peternakan. Mereka alumni dari berbagai Universitas dan Perguruan Tinggi di Sumbar dan di Jawa.


Tetapi, Maaruf tetap saja menyelipkan sebuah eligi. Irama perjuangan dan kepedihan. Katanya, kebanyakan anak-anak mereka yang sarjana, terpaksa keluar daerah mencari pekerjaan. Ada yang di Jawa atau wilayah lain di Sumatera. Di antara mereka banyak juga yang masih tinggal di Nagari Padang Bintungan dengan ijazah yang disimpan baik-baik dalam lemari. Walau begitu, kami ikhlas, kata Maaruf senyum penuh arti. ***


Penulis: Shofwan Karim
Sumber: http://www.shofwankarim.com/

Eligi

Al-Birr-Kebajikan


Para mufasir menyebut perbedaan strata sosial dan ekonomi suatu yg alami. QS Al-furqan, 25:20 misalnya. Rasul sebelum Muhammad SAW, mereka memakan aneka kuliner dan menelusuri pasar. Ini merupakan sketsa masyarakat dg stratifikasi multi ragam. Atas, menengah dan bawah.

Akan tetapi kepedulian terhadap mereka yg berada di papan bawah strata itu, mesti menjadi konsen pula.

Itulah QS At Taubah 103. Semua mufasir dan ulama merujuk ke ayat ini sebagai akar fundamental himbauan zakat, fitrah, infak, sadakah, wakaf, hadiah, kharaj dan seterusnya. 

Pada gilirannya melahirkan Baitul mal. Baitut tamwil. Amil. Rumah zakat. Baznas. Lazismu. Lazisnu. ACT. Dompet duafa dst. 

Lebih dari itu, kepedulian bukan hanya kewajiban menurut syariat. Etika Quran tentang al-Bir telah menjadi virtue sebagai etika global. Ia menjelma menjadi kecintaan kepada kemanusiaan. Itulah yg populer disebut sebagai filantropi. 

Mengapa badan dan lembaga itu lahir? Karena semua kepedulian tadi harus dimenej, dikelola, diadministrasikan, transfaran dan dipertanggungjawabkan.

Artinya untuk setiap langkah menjajakan al-birr,  virtue, kebajikan (QS, 2: 177) ihsan (QS, 16 : 128) peduli kemanusiaan (QS, 17:70), semuanya tidaklah sederhana. 

Para tokoh super kaya dunia sekelas Bill Gate dan nyonya Melinda Gate membelanjakan sebagian kekayaannya untuk kemanusiaan.

Untuk itu Mereka mendirikan lembaga yg membelanjakan semua agenda untuk kemanusiaan dalam satu lembaga filantropi. Bill & Melinda Gate Foundation (BMGF). Fokus kepada kesehatan, mengurangi kemiskinan, pendidikan dan melek-koneksitas IT. 

BMGF membangun kemitraan global ke berbagai aktivitas filantropi di seluruh dunia. Tentu saja fokus mereka ke wilayah rentan pada 4 misi mereka di atas selain dalam negeri AS adalah Afrika, Asia dan Amerika Latin . 

Keluarga Gate hanya satu contoh saja. Jutaan orang di dunia dg skala dan spektrum berbeda ada di setiap penjuru kaki langit. Begitu pula setiap company, perusahaan besar dan kecil swasta dan negara menyebutnya CSR (Corporate Social Responsibility) dan kemitraan lainnya. 

Di Indonesia ada para pemurah hati, dermawan, para tokoh yang selalu peduli. Sebut saja seperti Keluarga JK, Nurhayati Subakat, Abu Rizal Bakrie, CT atau Chairul Tanjung, Fahmi Idris dan lainnya. 

Untuk Minangkabau banyak nama pula. Seperti Arnis Saleh, “Murni”,  Marah Djabar-Basril Djabar, Keluarga Gusman Gaus seperti Irman Gusman dan Guspardi Gaus , Asril Kunango Jantan, Ali Usman Syuib “Hidayah”,  Zairin Kasim-Rani Ismail “Suka Fajar”, Asli Khaidir, dan seterusnya.  

Dan kembali ke awal narasi ini, Islam telah menetapkan setiap muslim yg mampu menjadi orang yg setara dengan Gate dan nama2 tadi. 

Bukan dalam kuantitatif-volume tetapi kualitatif-jauhar-inti. Bobot dan nilai ikhlas, Al birr, virtue dan Ihsan. 

Mereka semua, terlepas dari agamanya, bangsa dan etnis apa, telah mengamalkan nilai-nilai etos kehidupan Islami tentang kebajikan. 

Dan kita semua, yg mengamalkan At Taubah 163 tadi, mudah2an bagian dari itu. **** (Shofwan Karim)

RSI IBNU SINA'sWeblog

Just another WordPress.com weblog

AmyRodzman's Wacky Adventure

Food is life, Food is love

Khazanah

#khazanah

Zuriyat-Bani H. Abdul Karim-Hj. Rahana Ibrahim

Loving family more than everything

#SaveInsan Save Insan | #InsanCare Insan Care

#SaveInsan #SaveWorld Palestin Syria Yaman Rohingya Ugiur Iraq Afganistan Libya Mesir Afrika Malaysia Sudan Somalia and .....

Rumah Media Grup

Cerdas Membangun Bangsa

Catatan Seorang Perempuan

Berfikir untuk belajar, belajar untuk menulis, menulis untuk mengubah...

HILMAN LATIEF

To Share, To Change

Muhammadiyah Sumbar

Adat Basandi Syrak, Syarak Basandi Kitabullah

IKAPIN IX 1976 RESIMEN MAHASISWA INDONESIA

“Widya Çastrena Dharma Siddha”

oetoesan melajoe

soeloeh negeri, pelita alam

Discover WordPress

A daily selection of the best content published on WordPress, collected for you by humans who love to read.

Jurusan Aqidah Filsafat

IAIN Imam Bonjol Padang

Berfikir, Berbicara, Bertulis dan Berikhtiar

Home of my Thought, Talks, Writing and Effort

RONIN INDONESIA

Pencerahan Untuk Bangsa

Rifkisumbar's Weblog

Just another WordPress.com weblog

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai